Advertisements

wartabunda.com – Menyaksikan bayi berkembang sangat menyentuh, jadi ibu dan ayah ingin merayakannya. Di kalangan masyarakat Jawa, tradisi memperingati bayi yang baru pertama kali bisa berjalan disebut tedak siten. Tentu saja sebelum mengadakannya, Anda perlu mengetahui susunan acara Tedak Siten yang benar. 

Momen Tedak Siten Baby Erlangga Anak Tata Janeeta | Popmama.com

Dipercaya bahwa upacara tersebut dapat memprediksi masa depan bayi. Untuk mengetahui lebih jauh tentang tradisi ini, yuk simak artikel di bawah ini!

Susunan Acara Tedak Siten 

Upacara Tedhak Siten, Tradisi Jawa Tengah Agar Anak Sukses di Masa Depan -  Sonora.id

Selain alasan filosofis yang sangat dalam, tradisi ini juga bertujuan untuk memanjatkan doa dan harapan kepada anak-anak, berikut adalah susunan acara tedak siten.

1. Sungkeman 

Acara pertama dari tedak siten adalah sungkeman. Sungkeman memiliki filosofi meminta berkah dan kebaikan untuk kehidupan anak.

Pada sesi ini, Anda membawa anak ke Sungkem bersama nenek dan kakek dari pihak ibu dan dilanjutkan dengan nenek dan kakek dari pihak ayah. 

2. Meniti Jadah

Persiapan acara tedak siten biasanya dilakukan pada pagi hari dengan rangkaian acara diawali dengan menginjak tanah dan berjalan di atas jadah tujuh warna yang merupakan simbol kehidupan anak. Sedangkan warna warni menggambarkan jalan kehidupan yang harus dilalui oleh anak ketika ia tumbuh dewasa. 

Susunan jadah dimulai dari warna hitam ke putih. Alasannya adalah bahwa setiap masalah yang dihadapi anak-anak berakhir dengan secercah harapan atau menemukan jalan keluar. 

3. Naik Turun Anak Tangga Tebu Wulung

Acara ketiga dari tradisi Tedak Siten adalah naik turunnya tangga yang terbuat dari rotan wulung. Tangga tersebut memiliki 7 anak tangga yang disebut Pitu dalam bahasa Jawa.

Tokoh ini dipilih karena melambangkan Pitulung atau pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa. Anak itu dituntun menaiki tangga satu per satu oleh ibu dan ayah. 

Hal ini menggambarkan harapan bahwa suatu saat anak Anda akan memiliki jiwa pejuang dan ksatria seperti Arjuna (tokoh pewayangan yang tangguh dan bertanggung jawab). Saat mencapai tangga tertinggi, anak duduk sejenak, bagian selanjutnya berisi filosofi doa agar anak berhasil dan mencapai apa yang diimpikannya. 

Advertisements

Setelah duduk, anak dituntun menuruni tangga satu per satu dan berakhir dengan satu kaki jauh di dalam wadah yang disediakan, ini memperjelas bahwa anak-anak tetap rendah hati bahkan jika mereka telah mencapai kesuksesan dalam hidup.

4. Memilih Mainan dalam Kurungan Ayam untuk Memprediksi Masa Depan Anak

Setelah berjalan naik turun tangga tebu, anak itu memilih mainan di kandang ayam untuk memprediksi masa depannya. Biarkan si kecil memilih apa yang dia suka.

Pada sesi ini, filosofinya adalah orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih cara hidup mereka sendiri tanpa intervensi. Orang tua hanya bertugas membimbing dan mengarahkan, bukan memaksa.

5. Siraman

Anak-anak dimandikan dengan air bunga setaman kemudian diganti dengan pakaian yang baik. Siraman tersebut bertujuan untuk menjaga kebersihan jiwa dan raga anak.

Selain itu juga bertujuan untuk memberikan nama diri dan nama baik Keluarga, Bangsa, dan Kebanggaan kepada anak. 

6. Menyebar Uang Logam

Sesi selanjutnya adalah pembagian uang tunai dan beras kuning, menanggapi ajakan anak-anak yang berisi doa agar anak memiliki karakter dermawan dan senang bersedekah. 

7. Doa dan Foto Bersama 

Upacara Tedak Siten diakhiri dengan doa dan foto bersama. Kemudian diadakan sesi pemotongan tumpeng dan makan bersama. 

Tumpeng itu melambangkan harapan orang tua agar anaknya menjadi orang yang berguna. Di dalam tumpeng terdapat kacang panjang yang melambangkan umur panjang, kangkung yang melambangkan kesejahteraan, kecambah yang melambangkan kesuburan, dan ayam yang melambangkan kemerdekaan.

Nah itulah tadi rangkuman upacara Tedak siten yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa saat bayi berusia 7 atau 8 bulan. Banyak yang meninggalkan tradisi ini karena rangkaiannya yang cukup panjang dan cukup rumit, namun tak ada salahnya jika ingin melanjutkan budaya leluhur dan merayakan perkembangan anak yang sudah mulai belajar berjalan.

Baca Juga: Manfaat Menceritakan Dongeng ke Buah Hati Anda

Advertisements